Rumah Halal Nusantara- Pandemi Covid-19 mengguncang dunia khususnya dalam tanah air, yang berlangsung sudah satu tahun lamanya. Dan selama kurun waktu tersebut laju pertumbuhan ekonomi tercatat minus. Indonesia terjebak dalam jurang resesi.
Jumat, 5 Februari 2021 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2020 terkontraksi minus 2,07 persen.
Hantaman ini dirasakan nyata oleh sejumlah perusahaan. Sejumlah perusahaan dalam Tanah Air terpaksa tutup olehnya. Hasil survei BPS, pada 12-23 Oktober 2020, menunjukkan 6,78 persen perusahaan berhenti beroperasi karena terdampak pandemi Covid-19.
Namun ada fakta lain yang mengejutkan, ditengah pandemi Covid-19 yang tidak diketahui kapan berkahirnya ini, sektor penjualan atau bisnis properti tetap tumbuh dan menggeliat.
Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengungkapkan, ada tren kenaikan penjualan properti di level menengah selama Agustus-Desember 2020. Kenaikan penjualan yang menurut dia besar-besaran ini, membuat sektor properti secara nasional tetap tumbuh di angka satu koma selama pandemi Covid-19.
“1,56 persen kalau enggak salah,” ujar Totok kepada Liputan6.com, Selasa 2 Februari 2021.
Dia mengatakan, kenaikan penjualan pada properti di kelas menengah ini lantaran menerima muntahan dari pelanggan di kelas bawah. Pasalnya, selama pandemi banyak pelanggan di level bawah beralih untuk membeli properti pada kelas menengah.
Apalagi tren properti berbasis syariah sejak beberapa tahun belakang mulai menjamur lantaran menawarkan konsep yang berbeda seperti konvensional, Wasekjen DPP Persatuan Perusaahaan Realestat Indonesia (REI) Bidang Properti Syariah Royzani Sjachril mengatakan bahwa perumahan syariah saat ini tidak mengalami gejolak terlalu hebat. Menurutnya, risiko kredit macet atau non-performing loan (NPL) yang dialami nasabah masih dapat ditekan.
“Alhamdulillah teman-teman masih bagus, tidak tinggi NPL-nya karena nasabahnya sudah fix angsurannya dan memahami kredit itu wajib dibayar dalam Islam,” katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Dia juga mengatakan bahwa bisnis properti syariah bagi pengembang tidak terlalu berisiko tinggi. Dalam modal kerja, katanya, pengembang juga masih terjaga lantaran tidak ada angsuran bulanan. Anggota Dewan Pengawas Asosiasi Properti Syariah Indonesia (Apsi) Muhamad Abubakar mengaku bahwa semua jenis bisnis memiliki tingkat risiko masing-masing. Berkaitan dengan corona, dia menyadari bahwa pengembang properti syariah tak terlepas dari dampak tersebut. Mereka terus melihat dan menunggu perkembangan dampak ini lebih jauh. “Namun, masalah dengan konsumen tidak ada.”
Dia mengatakan bahwa risiko bisnis properti syariah juga masih terbilang kecil dibandingkan dengan yang lain, bahkan bisnis ini dapat dibilang keluar dari kaidah high risk high return maupun low risk low return. “Bisnis properti syariah itu malah low risk high return,” ujarnya.
Abubakar mengemukakan bahwa risiko bisnis juga sebetulnya sudah dipahami oleh tiap pengembang dengan penerapan mitigasi masing-masing. Bahkan, ada pemain di bisnis ini yang konsumennya langsung membayar pada pihak pengembang (in house) tanpa pihak ketiga seperti bank dan bisnisnya tetap lancar sampai saat ini. “Kuncinya ada di verifikasi konsumen dengan baik,” katanya.
Untuk info lengkap perumahan syariah silahkan bisa hub hotline kami
– 0812-3000-1704
Atau untuk WA klik